Quiz4dsports.com – Casey Stoner tak henti mengkritisi soal elektronik yang makin canggih di MotoGP. Menurutnya, itu justru membuat para pembalap kurang pemahaman terhadap berbagai hal fundamental.
Juara dunia MotoGP 2007 dan 2011 tersebut merupakan salah satu pembalap yang cakap. Kemampuan ditempa karena motor di eranya tidak semutakhir sekarang.
Di masa lalu, para pembalap harus mempelajari karakter motor, mengelola ban dan mencari setelan yang membuatnya nyaman. Justru kemampuan tersebut jadi modal bagus agar tidak kalah dalam pertempuran di trek.
“Saya kira generasi pembalap ini kehilangan pemahaman apa yang terjadi di akhir pekan. Apakah Anda mesti mencoba menyelamatkan ban, apakah mencoba set-up motor untuk balapan, dan lain-lain karena banyak pekerjaan sekarang diselesaikan dengan elektronik,” katanya dalam siniar In the Fast Lane, jelang MotoGP Australia.
Mantan rider Ducati tersebut menggarisbawahi bahwa pembalap dan tim tak bisa selamanya bergantung penuh pada elektronik.
“Elektronik bukan solusi nyata, itu hanya seperti plester. Ketika balapan, saya selalu bertengkar dengan para insinyur saya untuk melepaskan semua elektronik supaya bisa mengetahui apa yang terjadi di atas motor,” Stoner menambahkan.
Pabrikan Borgo Panigale itu merupakan yang paling gencar mengembangkan perangkat elektronik penunjang. Faktor ini justru dinilai sebagai bumerang oleh juara dunia MotoGP terakhir dari Ducati tersebut.
“Saya kira itu sesuatu yang gagal dari Ducati selama beberapa tahun terakhir. Itu alasan mereka tidak kunjung memenangi kejuaraan (pembalap),” ia menandaskan.
Delapan pembalap Ducati kini punya misi membantu Francesco Bagnaia merebut titel. Musim lalu, pemuda Italia melakukan kesalahan yang berbuah tertutupnya kans juara.
“Saya kira mereka kehilangan arah di awal musim ketika motor (Desmosedici GP) 2021 jelas lebih baik daripada motor 2022. Faktanya, saya masih berpikir itu motor lebih baik,” tuturnya.
“Bastianini, seandainya mampu finis di beberapa balapan, dia pasti bisa memimpin klasemen sekarang.”
Berdasarkan evaluasi setelah Marc Marquez sering menepi akibat cedera lengan kanan, kampiun MotoGP dimiliki mereka yang konsisten finis di grup depan.
Ini sudah terjadi pada Joan Mir di musim 2020. Pembalap Suzuki hanya menang sekali dan enam podium lain.
Fabio Quartararo bertakhta di puncak klasemen musim lalu berkat lima kemenangan dan lima podium. Rider Yamaha Factory Racing itu sekarang susah payah menahan kursinya dari guncangan Bagnaia. Dari gap 91 poin selepas MotoGP Belanda, kini selisih tinggal 2 poin.